Kamis, 25 Desember 2014

Legenda Timun Mas



Legenda Timun Mas
5antri.blogspot.com


Mbok(panggilan untuk perempuan tua di Jawa Tengah) srini adalah seorang janda tua yang memiliki anak bernama Timun Mas. Timun Mas yang merupakan anak kesayangan dari mbok srini merupakan gadis yang pemberani, pintar dan cerdik. Suatu ketika ada raksasa jahat yang ingin memakan timun mas. Namun bersama ibunya mbok srini, timun mas berhasil mengalahkan raksasa tersebut. Bagaimanakah cerita lengkapnya? Apa alasan mbok srini menamai anaknya timun mas? Dan mengapa sang raksasa ingin memakan timun mas? Simak cerita lengkap dari Legenda Timun mas di Cerita Rakyat Indonesia berikut ini. 

---

Pada zaman dahulu, disuatu daerah wilayah Jawa Tengah tinggallah seorang perempuan tua yang bernama mbok srini. Suami mbok srini sudah lama meninggal, dan selama itu pula mbok srini belum mempunyai anak. Sehingga mbok srini tinggal sendirian dirumahnya, Mbok Srini yang sangat menginginkan seorang anak berharap datang seorang anak yang akan menemani kesepiannya. Namun tiada harapan lagi, karena suaminya telah lama meninggal. Siang malam dia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar suatu ketika datang keajaiban kepadanya. Semoga harapannya untuk memiliki seorang anak bisa terwujud.

Pada suatu malam mbok srini bermimpi didatangi oleh sesosok makhluk raksasa yang menyuruhnya untuk pergi kehutan tempat biasa dia mencari kayu bakar. Raksasa tersebut meminta mbok srini mencari sebuah bungkusan dibawah pohon besar. Kemudian mbok srini terbangun, terkejut dengan mimpi yang barusan dia alami.

"Mungkinkah ini sebuah keajaiban dari semua doaku?, tanya mbok srini dalam hati.

Dengan keyakinan dan menyingkirkan keragu - raguan, mbok srini bergegas pergi ketempat yang disuruh raksasa tersebut didalam mimpi. Setibanya di tempat dia biasa mencari kayu bakar, mbok srini berkeliling untuk mencari pohon besar yang dimaksud oleh sang raksasa. Mbok srini sangat terkejut ketika melihat dibawah pohon besar yang dimaksud oleh sang raksasa terdapat bungkusan. Ketika bungkusan itu dibuka, mbok srini sangat terheran bukan seorang bayi yang ada didalam bungkusan tersebut melainkan sebutir biji mentimun.

"Kenapa sang raksasa memberikanku biji mentimun, bukankah doaku meminta seorang anak?, tanya mbok srini dalam hati dan kebingungan.

"HA...HA..HA...", sang raksasa tertawa keras dan terbahak - bahak.

Sontak Mbok Srini yang masih kebingungan kaget mendengar suara besar tersebut, dilihatnya sesosok raksasa besar tengah berdiri dibelakangnya. Mbok srinipun gemetar ketakutan.

"Ampun, tuan raksasa. Tolong jangan makan saya", pinta mbok srini dengan muka pucat.

"Hai, manusia jangan takut. Aku bukan ingin memakanmu. Bukankah kamu menginginkan seorang anak?", tanya sang raksasa.

"Be..benar, tuan raksasa", jawab mbok srini.

"Bagus, segera sampai dirumah tanamlah biji timun itu! Nantinya kau akan mendapatkan seorang anak perempuan. Tapi ketika dia sudah dewasa, kau harus menyerahkannya kepadaku sebagai sanntapanku. Ingat itu!" ujar sang raksasa.

"Baiklah, akan kuserahkan anakku kepadamu ketika dia sudah dewasa", jawab mbok srini tanpa berfikir panjang.

Setelah mendengar kesanggupan mbok srini untuk menyerahkan anaknya, sang raksasa akhirnya menghilang. Segera mbok Srini pergi keladang untuk menanam biji itu. Setiap hari mbok srini memelihara tanaman tersebut dengan penuh harapan. Dua bulan kemudian tanaman itupun mulai berbuah, tidak seperti tanaman timun yang ditanam. Tanaman ini hanya berbuah satu buah saja. Semakin hari buah timun tersebut semakin membesar, ukurannya pun tidak seperti buah timun biasanya. Warnanya pun sangat berbeda, buah timun itu berwarna kuning keemasan. Dan ketika buah timun itu sudah masak, mbok srini membawa pulang buah tersebut. Dengan susah payah mbok srini mengangkat buah timun yang besar itu. Segera setelah sampai dirumah mbok srini membuka buah tersebut dengan hati - hati. Betapa terkejutnya ia ketika melihat isi dari buah timun tersebut seorang bayi perempuan yang amat cantik dan lucu.  

"Oee..oee..oe", tangis bayi lucu itu, sesaat setelah mbok srini menggendongnya.

Alangkah bahagianya mbok srini, mendapatkan bayi yang selama ini diinginkannya. Dia memberi nama bayi tersebut Timun Mas.

"Cup..cup.., sudah jangan menangis anakku", hibur mbok srini.

Mbok srini yang sangat bahagia dengan kedatangan timun mas. Tak sadar telah melupakan janjinya kepada sang raksasa. Ia mendidik dan merawat timun mas dengan penuh kasih sayang, hingga timun mas tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan cantik jelita. 

Suatu malam mbok srini bermimpi didatangi oleh sang raksasa yang menagih janji mbok srini untuk menyerahkan timun mas ketika dia dewasa. Sang raksasa berpesan, seminggu kedepan dia akan datang untuk menjemput timun mas. Setiap hari mbok sri termenung akan ucapan sang raksasa, yang akan menjemput timun mas dan menjadikannya santapannya.

Suatu sore, timun mas yang melihat ibunya duduk terdiam dan terlihat sedih memberanikan diri untuk bertanya.

"Kenapa beberapa hari ini ibu terlihat sangat sedih?", tanya timun mas.

Sebenarnya mbok srini tak ingin menceritakan, penyebab kesedihan hatinya. Namun karena timun mas terus mendesak, akhirnya beliau pun bercerita.

"Maafkan ibu yang merahasiakan ini kepadamu, timun mas. Sebenarnya engkau bukanlah anak kandung ibu", kata mbok srini perlahan.

"Apa maksud ibu?", tanya timun mas bingung.

Mbok srini kemudian menceritakan kisahnya kepada timun mas sampai dengan mimpinya beberapa hari yang lalu tentang sang raksasa. Timun mas yang kaget mendengar ceritan tersebut memeluk ibunya.

"Aku tak ingin menjadi santapan raksasa, ibu. Aku ingin tinggal bersama ibu", kata timun mas.

Mendengar jawaban dari timun mas tersebut, mbok srini bingung mencari cara bagaimana timun mas selamat dari sang raksasa. Sampai dihari sang raksasa menagih janjinya, mbok srini belum juga mendapatkan cara untuk mengelabuhi sang raksasa. Tiba - tiba mbok srini mendapatkan akal, ia meminta timun mas untuk berpura - pura sakit. Sore harinya sang raksasa datang untuk mengambil timun mas.

"Hai..perempuan tua, serahkan anakmu sekarang!", pinta si raksasa.

"Maaf tuan, anak saya sedang sakit. Jika kau memakannya, tentu rasanya tidak enak. Tiga hari lagi datanglah kemari, aku akan menyembuhkannya terlebih dahulu.", kata mbok srini.

"Baiklah, tetapi kamu harus berjanji untuk menyerahkan anak itu kepadaku", kata sang raksasa.

Kemudian sang raksasa menghilang, dan mbok srini kembali bingung mencari cara lain. Kemudian dia teringat ada seorang petapa tua yang tinggal digunung. Petapa tua itu dulunya adalah teman dari suaminya yang telah meninggal.

"Anakku timun mas, besok pagi - pagi sekali ibu akan pergi menemui seorang petapa digunung. untuk meminta pertolongannya agar terhindar dari sang raksasa." ungkap mbok srini. 

Keesokan harinya mbok srini pergi ke gunung untuk meminta bantuan dari sang petapa. Ia mencertitakan apa yang dialaminya dengan ibunya kepada sang petapa. 

"Tunggu sebentar, akan ku ambilkan sesuatu untukmu", jawab sang petapa sambil masuk kedalam ruang rahasianya.

Tak berapa lama kemudian sang petapa keluar dari ruang rahasianya dan memberikan nungkusan kecil kepada mbok srini.

"Berikan bungkusan ini kepada anakmu. Didalam bungkusan ini terdapat biji timun, jarum, garam dan terasi. Jika raksasa mengejarnya, sebarkan nungkusan ini", kata sang petapa.

Setelah sampai dirumah, mbok sri memberikan bungkusan tersebut kepada timun mas. Kini, mbok srini bisa sedikit tenang karena timun mas sudah punya senjata untuk melawan sang raksasa. 

Dua hari kemudian sang raksasa pun datang untuk menagih janji mbok srini. Ia meminta mbok srini menyerahkan timun mas, jika tidak ia pun akan menyantap mbok srini. Mbok srini yang melihat kedatangan sang raksasa menyuruh timun mas untuk keluar menemui sang raksasa. Melihat timun mas yang sudah sembuh dan sudah dewasa, sang raksasa pun tak sabar untuk menyantap timun mas. Ketika akan memakannya, timun mas berlari sekencang - kencangnya melarikan diri dari kejaran sang raksasa. 

Setelah berlari jauh, timun mas merasa sangat kelelahan. Akhirnya diapun mengeluarkan bungkusan pertama dari sang pertapa. Timun mas mengeluarkan bungkusan yang berisi biji timun, tiba - tiba sekelilingnya berubah menjadi ladang timun. Dengan sekejap batang timun menjalar dan melilit tubuh sang raksasa. Namun sang raksasa dapat meloloskan diri dari lilitan batang timun tersebut dan kembali mengejar timun mas. 

Timun mas segera melemparkan bungkusan kedua yang isinya jarum, seketika itu juga jarum tersebut berubah menjadi rimbunan bambu yang sangat lebat, tinggi dan sangat runcing. Namun sang raksasa tetap mampu melewatinya dan terus mengejar timun mas, dengan kaki yang berdarah karena tertusuk bambu runcing tersebut.

Legenda Timun Mas
ririnastri.blogspot.com

Melihat kedua usahanya melempar bungkusan tersebut belum berhasil, timun mas pun melempar bungkusan ketiga yang berisi garam. Sontak taburan garam tersebut berubah menjadi lautan luas yang dalam, namun sang raksasa tetap berhasil memaluinya dengan mudah. Inilah bungkusan terkahir timun mas, jika bungkusan ini tak berhasil. Maka ia akan menjadi santapan sang raksasa. Timun mas melemparkan bungkusan terakhir yang berisi terasi dengan penuh keyakinan bahwa sang raksasa akan kalah. Seketika itu pula, tempat jatuhnya terasi tersebut berubah menjadi lumpur hitam pekat yang sangat panas. Sang raksasa yang tercebur didalamnya tidak dapat melarikan diri dan tenggelam didalamnya. 

Dengan sekuat tenaga timun mas berlari pulang menemui ibunya. Melihat timun mas yang pulang dengan selamat Mbok srini langsung berucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sejak saat itu Timun mas dan Mbok srini hidup damai bahagia. 

--

Cerita ini menggambarkan bahwa, ketika kita berniat jahat kepada orang lain, pada akhirnya diapun akan celaka. Sedangkan untuk menghadapi segala tantangan atau masalah, kita harus melewatinya dengan kerja keras dan semangat, serta keyakinan bahwa tantangan tersebut bisa diselesaikan. Demikianlah akhir Cerita Rakyat Indonesia tentang Legenda Timun Mas, semoga beberapa pelajaran dan hikmah dapat kita petik dari cerita diatas. 

Tunggu Cerita Rakyat Indonesia dari berbagai daerah lain edisi berikutnya yaa. Terimakasih. 














Tidak ada komentar:

Posting Komentar